Trans Power Marine (TPMA) Tak Mau Buru-buru Beli Kapal Baru

Jakarta – Perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan jasa transportasi angkutan barang, PT Trans Power Marine Tbk., bersikap hati-hati alias tak mau terburu-buru untuk menambah armada kapalnya di tahun depan.
Prospek pembelian kapal baru mengemuka setelah dalam sebulan terakhir, emiten berkode saham TPMA ini mencatatkan pertumbuhan permintaan pengiriman batu bara sampai 30 persen.
Kenaikan permintaan itu tak lepas dari memanasnya hubungan antara China dan Australia. Larangan impor yang diberlakukan China membuat pengiriman ekspor via TPMA melonjak. “Sebelumnya, dalam satu bulan pengiriman itu enam kali. Sekarang, meningkat menjadi 12 kali,” kata Direktur TPMA, Rudy Sutiono.
Menurut Rudy, kenaikan permintaan tak lantas membuat TPMA terprovokasi untuk melakukan ekspansi dengan membeli kapal baru. TPMA memandang perang dagang antara China dan Australia bersifat sementara.
Itulah sebabnya, perseroan lebih memilih menyewa kapal ketimbang buru-buru menambah kapal baru. Sampai sejauh ini, TPMA telah memiliki 37 unit kapal, dimana delapan (8) di antaranya dikhususkan untuk memenuhi permintaan ekspor.
Lebih lanjut, Rudi menambahkan, kenaikan permintaan pengiriman di kuartal terakhir 2020 ini belum pasti menggenjot kinerja perseroan secara signifikan. Artinya, TPMA memproyeksikan pendapatan dan laba bersih tahun ini masih di bawah rapor 2019.
“Kami optimisis laba bersih tahun ini tetap positif. Yang penting, dalam kondisi seperti sekarang ini, kami mampu menjaga kesejahteraan karyawan dengan menjaga cashflow yang masih sebesar US$ 6 juta,” pungkas Rudi.