Laba Bersih Bank BNI (BBNI) Terkontraksi 78,7 Persen

Jakarta – Sama seperti bank-bank besar milik pemerintah lainnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., atau Bank BNI juga tak sanggup menahan gempuran pandemi Covid-19. Buktinya, laba bersih perseroan pada 2020 lalu amblas sampai 78,7 persen.
Dalam paparannya, emiten berkode BBNI ini mengungkapkan laba bersih yang diraih pada tahun lalu berjumlah Rp 3,28 triliun. Jumlah ini sangat jauh terpaut dibandingkan laba bersih perseroan pada 2019 yang mencapai Rp 15,38 triliun.
Lebih lanjut, dalam paparan tersebut, muncul sisi positif dari kinerja BBNI pada 2020, semisal jumlah aset perseroan yang tumbuh 5,4 persen secara tahunan (yoy), dari sebelumnya (2019) sebesar Rp 845,60 triliun menjadi Rp 891,34 triliun.
Lalu, pertumbuhan kredit melaju 5,3 persen (yoy) dari Rp 556,77 triliun menjadi Rp 586,21 triliun. Begitu pula dengan dana pihak ketiga atau DPK. BBNI mencatat pertumbuhan DPK cukup tinggi, yakni sebesar 10,6 persen (yoy), dari Rp 614,31 triliun menjadi Rp 679,45 triliun.
Meskipun dilanda pandemi, BBNI masih mampu mencatatkan peningkatan provisi secara sangat signifikan, yaitu sebesar 155,6 persen (yoy) dari semula Rp 8,84 triliun menjadi Rp 22,59 triliun.
Sementara, pendapatan perseroan sebelum provisi mengalami penurunan yang tipis, 1,8 persen (yoy), dari Rp 28,32 triliun menjadi Rp 27,82 triliun. Pendapatan bunga bersih BBNI tumbuh 1,5 persen (yoy) menjadi Rp 37,15 triliun.
Sepanjang tahun lalu, rasio kredit bermasalah (non-performing loan-NPL) BBNI tercatat berada di level 4,3 persen, naik 200 basis poin dari 2019 (2,3 persen) dengan NPL coverage ratio 182,4 persen. Rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio-LDR) sebesar 87,3 persen dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio-CAR) sebesar 16,8 persen.