Laba Bersih Bank BCA (BBCA) Menurun di 2020

Jakarta – Bank swasta terbesar di Tanah Air, PT Bank Central Asia Tbk., memberi konfirmasi penurunan laba bersih pada tahun lalu. Emiten bersandi saham BBCA ini membukukan laba bersih sebesar Rp 27,13 triliun pada 2020 atau menurun 5,14 persen (yoy) dari laba bersih 2019 senilai Rp 28,6 triliun.
Dalam paparan kinerja 2020, Presiden Direktur BBCA, Jahja Setiaatmadja menjelaskan penurunan laba bersih disebabkan biaya pencadangan yang lebih tinggi sebagai langkah antisipasi potensi penurunan kualitas aset.
Lebih lanjut, Jahja mengungkapkan pendapatan bunga BBCA pun mengalami penurunan pada 2020. Akan tetapi, di sisi beban dana perseroan berhasil melakukan efisiensi. Alhasil, net interest tercatat berjumlah Rp 57,54 triliun atau naik 7,3 persen (yoy).
Rapor lainnya, rata-rata kredit BBCA naik sebesar 4,7 persen (yoy), sementara total fasilitas kredit untuk bisnis meningkat 5 persen (yoy). Meski demikian, fasilitas tersebut tak dapat dimanfaatkan maksimal.
Karenanya, per Desember 2020, total kredit menurun 2,1 persen (yoy) menjadi Rp 575,6 triliun. Untuk itu, konsolidasi total kredit tercatat sebesar Rp 588,7 triliun atau mengalami penurunan sebesar 2,5 persen (yoy).
Soal pos pendanaan, BBCA membukukan kinerja dana pihak ketiga yang sehat, dimana CASA tumbuh 21,0 persen (yoy) menjadi Rp 643,9 triliun. Deosito berjangka melaju 14,0 persen (yoy) menjadi Rp 196,9 triliun. Total DPK meningkat 19,3 persen (yoy) menjadi Rp 840,8 triliun.
Sementara itu, rasio keuangan BBCA berada dalam posisi yang solid dengan rasio kecukupan modal atau CAR tercatat sebesar 25,8 persen atau lebih tinggi dari ketetapan regulator dan loan to deposit ratio (LDR) berada pada level 65,8 persen. Rasio kredit bermasalah atau NPL juga dapat dijaga dan berada di tingkat yang dapat ditoleransi sebesar 1,8 persen.