Penyebab Merosotnya Laba Bersih HM Sampoerna (HMSP)

Jakarta – Produsen rokok terbesar, PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatatkan penurunan laba bersih di sepanjang 2020 lalu, yakni merosot 37,5 persen (yoy) menjadi hanya Rp 8,5 triliun.
Di mata analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Christine Natasya, mengatakan, realisasi laba bersih HMSP tersebut lebih rendah dari ekspekstasinya yang berada di kisaran 90 persen.
Apa penyebabnya? “Penurunan ini disebabkan oleh kontraksi margin sebagai akibat kenaikan tarif cukai dan adanya sejumlah pengeluaran tetap di tengah merosotnya pendapatan,” terang Christine.
Christine lantas menunjuk besaran margin laba kotor HMSP pada kuartal IV-2020 yang hanya sebesar 18,4 persen. Jumlah ini lebih rendah dibanding margin laba kotor kuartal III-2020 yang sebesar 19,5 persen dan kuartal IV-2019 yang mencapai 25,3 persen.
Lebih jauh lagi, margin laba operasional HMSP pada kuartal IV-2020 juga hanya berada di kisaran 8,3 persen. Jumlah ini turun dari margin laba operasional kuartal III-2020 sebesar 11,1 persen dan kuartal IV-2019 yang mencapai 16,1 persen.
Christine menilai tergerusnya margin HMSP disebabkan perusahaan belum sepenuhnya meneruskan kenaikan tarif cukai ke harga jual produknya. Atau, tidak ada kenaikan rata-rata harga jual, terutama untuk produk non-unggulan seperti Magnum Mild.
“Kami yakin, strategi ini bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar sigaret kretek mesin (SKM) di tengah tren konsumen yang beralih ke merek lain yang lebih murah,” tam bah Christine.
Sementara itu, dari segi top line, HMSP membukukan pendapatan Rp 92,4 triliun sepanjang 2020 atau menurun 12.9 persen (yoy). Dalam riset Christine, realisasi pendapatan ini mencapai 100 persen estimasinya dan setara dengan 97 persen perkiraan konsensus analis.
Christine merekomendasikan untuk meng-hold HMSP dengan target harga Rp 1.450 per saham.