Penyebab Turunnya Laba Indocement (INTP)

Jakarta – Produsen semen terbesar kedua di Tanah Air, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., membeberkan alasan di balik turunnya pendapatan dan laba di sepanjang 2020 lalu.
Emiten berkode saham INTP ini menunjuk adanya kontraksi volume penjualan dan efek campuran dari harga jual rata-rata yang lebih rendah sebagai penyebabnya.
Menurut Direktur INTP, David Clarke, penurunan sejumlah beban membuat laba perseroan tidak terlalu anjlok. Akan tetapi, harga jual rata-rata keseluruhan yang lebih rendah, yakni sekitar minus -1,4 persen menjadi tekanan tambahan terhadap top line.
“[Penurunan] beban pengeluaran tersebut sejalan dengan volume penjualan yang lebih rendah pada 2020,” terang Clarke dalam paparan publiknya, Jumat (19/3).
Untuk diketahui, dari laporan keuangan tahunan 2020, pendapatan INTP tercatat sebesar Rp 14,18 triliun atau turun 11,01 persen (yoy). Meski demkian, laba yang diraih hanya melemah 1,57 persen (yoy) atau sebesar Rp 1,8 triliun.
Lebih jauh, Clarke menginformasikan penurunan beban pokok pendapatan perseroan sebesar 13,1 persen pada 2020 lalu, dari semula Rp 10,43 triliun menjadi Rp 9,07 triliun. Penurunan ini berasal dari lebih rendahnya volume penjualan.
Soal penurunan biaya bahan bakar dan listrik per ton sebesar 10,9 persen, tambah Clarke, disebabkan pelemahan harga batu bara. Di lain sisi, INTP meningkatkan penggunaan batu bara rendah karbon (LCV) dan menambah penggunaan bahan bakar alternatif.
“[Efisiensi juga] termasuk penghematan biaya dari lebih banyaknya penggunaan rapat secara online dan platform digital untuk aktivitas penjualan sehingga berdampak pada pengurangan biaya perjalanan bisnis,” pungkas Clarke.