Kerugian Indika Energy (INDY) Kian Membengkak

Jakarta – Tahun 2020 menjadi tahun yang benar-benar sulit bagi PT Indika Energy Tbk (INDY). Emiten tambang batu bara ini membukukan kerugian yang jauh lebih besar ketimbang tahun 2019.
Dari laporan keuangan yang ada di laman Bursa Efek Indonesia, Senin (5/4), besarnya kerugian yang dialami INDY pada 2020 tercatat berjumlah US$ 117,54 juta. Angka ini lebih 6 kali lipat ketimbang kerugian bersih pada 2019 yang hanya mencapai US$ 18,16 juta.
Pembengkakan pada pos laba bersih tak lepas dari penurunan top line anak usaha Indika Group ini. Pendapatan INDY pada 2020 berjumlah US$ 2,07 miliar atau terkoreksi 25,54 persen (yoy) dari realisasi pendapatan 2019 yang mencapai US$ 2,78 miliar.
Jumlah pendapatan tersebut berasal dari kontrak dan jasa senilai US$ 548,53 juta, bisnis penjualan batu bara senilai US$ 1,45 juta, perdagangan lainnya yang berasal dari pelanggan luar negeri sebesar US$ 35,41 juta dan dalam negeri sebesar US$ 42,32 juta.
Meskipun beban pokok pendapatan mampu ditekan 22,6 persen, dari semula US$ 2,35 miliar menjadi US$ 1,82 miliar, pos-pos beban INDY lainnya tetap naik. Seperti beban penjualan, umum dan administrasi yang naik 0,72 persen menjadi US$ 137,17 juta. Beban keuangan juga naik sebesar 9,16 persen menjadi US$ 119,51 juta.
Sementara itu, total aset INDY mencapai US$ 3,49 miliar, yang terdiri dari liabilitas sebesar US$ 2,62 miliar dan ekuitas senilai US$ 867,29 juta. Adapun posisi kas dan setara kas INDY sebesar US$ 651,19 juta, naik dari posisi kas dan setara kas per 31 Desember 2019 yang sebesar US$ 568,63 juta.